Grand Launching JIS( Jakarta International Stadium) yang dibuka oleh Anies Baswedan dengan diselenggarakannya pertandingan Sepakbola antara Persija vs Chonburi FC.
Terdapat perihal yang kesimpulannya terbuka mengapa Persija menjadikan 3 stadium selaku Home Base mereka ialah JIS, GBK serta Patriot. Mungkin besar permasalahan administrasi serta bayaran sewa.
Tetapi bagi Anies JIS dibentuk buat Home Base Persija, selaku klub memiliki di Ibukota Jakarta. Pasti statement ini membuat suporter The Jak gembira.
Saat sebelum pertandingan diawali artis papan atas pula turut memeriahkan Launching, sayang perihal yang harusnya meriah pernah ternoda oleh perihal negatif yang ditunjukkan suporter dari Persija sebab penuhi bagian depan, bisa jadi terjalin dorongan ataupun padat di bagian depan serta membuat pagar pembatas dapat rubuh di tribun utara. Perihal itu terjalin kala Dewa 19 mulai menghibur pemirsa, pastinya ini perihal yang lumayan disayangkan.
Jika kita amati pemirsa di eropa dikala ini telah lebih tertib dengan menyaksikan sembari duduk manis serta menikmati pertandingan ataupun pertunjukan, walaupun disitu terdapat pula para ultras yang berdiri serta bernyanyi teriak yel- yel tetapi seluruh masih dapat terkontrol, tidak memunculkan kehancuran stadion.
Terlebih memasang spanduk wajib menaiki pembatas, pasti tidak hanya membahayakan diri. Belum pasti pula pondasi pembatas itu kokoh buat dinaiki.
Tetapi, apakah mampu suporter di Indonesia mempunyai mutu semacam suporter eropa?
Sebab saat sebelum laga diawali saja pembatas stadion telah roboh, jika terdapat pertandingan antara Persib Bandung serta Persija gimana? Selaku rival abadi Persib merupakan lawan berat yang memanglah menyisakan banyak kejadian berdarah.
Nampak JIS memanglah keren semacam stadion eropa, tetapi sayang sebagian suporter masih belum tingkatkan kualitasnya selaku suporter yang elegant.
Mudah- mudahan saja dari peristiwa ini dapat mengupgrade mutu suporter, dapat saja hendak terdapat pinalty pada suporter yang berperan rusuh. Di banned tidak boleh menyaksikan di JIS seumur hidup, ini ialah salah satu metode buat mendewasakan para suporter.
Bisa jadi bukan The Jak saja, apabila terdapat stadion yang dibentuk dengan tribun yang lumayan dekat jaraknya dengan pemain pasti nyaris segala suporter di Indonesia masih belum berusia alias kampungan.
Dimana mereka meloncati pagar pembatas serta menyaksikan dari pinggir lapangan, semacam menyaksikan pertandingan tarkam.
Pertandingan sendiri berakhir dengan hasil imbang 3- 3, tetapi megahnya JIS ternoda oleh ulah suporter.
Tetapi terdapat pula supoter yang melaksanakan pembenaran kalau mutu pembatas saja yang tidak bagus! Jika masih ingat pembatas di GBK pula rusak oleh ulah suporter The Jak.
Jika bagi juragan sendiri gimana, apakah suporter di Indonesia masih kampungan ataupun telah elegant?
Terima kasih yang telah membaca thread ini hingga akhir, apabila terdapat kritik silahkan di informasikan serta mudah- mudahan thread ini berguna, senantiasa sehat serta merdeka. See u next thread.
